under reconstruction

Oct 7, 2010

Manajemen Stres


Kajian Rutin Pagi Hari (KRPH) Masjid Mardliyyah UGM
by Ustadz Syatori Abdurrauf

Stress adalah ketakutan, kecemasan, kegelisahan yang sudah tidak wajar. Maksudnya tidak wajar disini dapat dilihat dalam dua hal, yaitu :
1. dari faktor penyebabnya, misalnya stres yang terjadi karena trauma masa lalu misalnya takut melihat kerumunan orang banyak karena pernah terjebak dalam tawuran, takut dengan kucing atau hewan lain yang sebenarnya tidak berbahaya, takut dengan seseorang, dll
2. dari sikap yang diekspresikannya, misalnya menunggu dengan tidak sabar, tidak mau memaafkan orang lain, dll.

Stres merupakan akibat dari gaya hidup yang tidak wajar.

Gaya hidup seseorang dibagi dalam 2 sikap yaitu wajar dan tidak wajar.
Wajar apabila gaya hidupnya meMUDAHkan dia, dan tidak wajar apabila menyulitkannya,
wajar apabila gaya hidupnya memBAHAGIAkannya, dan tidak wajar apabila menyusahkannya,
wajar apabila gaya hidupnya meMULIAkannya, dan tidak wajar apabila menghinakannya.

Satu pelajaran dalam perkara memaafkan orang lain,yaitu ketika ada orang lain yang berbuat kesalahan yang sangat mengecewakan kita, lalu apakah hal yang MUDAH untuk kita lakukan? Memaafkan atau tidak memaafkan??
Iya, bagi orang yang hidupnya ingin menjadi mudah jawabanya adalah memaafkan kesalahan orang lain. Karena dengan memaafkan, hidupnya ke depan akan lebih mudah,ia tidak akan dilanda cemas, gelisah, dendam, dan perasaan tidak enak lainnya ketika bertemu dengan orang yang telah berbuat salah padanya,dengan begitu hidupnya akan menjadi bahagia, dan hal itu akan mengantarkannya menjadi seorang manusia yang mulia.

Ada tiga Pilar Hidup Wajar :
1. Tidak tertarik dengan segala kesenangan dunia.
Kesenangan dunia adalah apa saja yang kita senangi dalam hidup ini, yang tidak menimbulkan akibat baik untuk hidup kita di akhirat.
"Dan tiadalah kehidupan dunia itu kecuali kesenangan (sesaat) yang menipu." (QS.Ali Imran:185)
2. Tidak betah tinggal di kampung dunia ini.
Karena dunia adalah kampung rantau, tempat kita berhenti "sejenak" dalam langkah2 kita menuju kampung halaman kita yaitu akhirat.
3. Menjadikan semua peristiwa di dunia sebagai "alat komunikasi" dengan kehidupan di alam akhirat.

Hidup di dunia adalah ibarat satu titik dalam sebuah garis tak berhingga yang tidak tahu dimana ujungnya.
Maka sudah sewajarnya jika kita menginginkan setelah melewati titik itu kita akan berada dalam garis yang membahagiakan kita, itulah kesenangan akhirat.
"Robbana aatina fiddunnya hasanah, wa fil akhirati hasanah waqinaa 'adzabannar"

Paramater kebahagian adalah ketenangan, maka berbahagialah orang-orang yang hatinya tenang, ia memperoleh ketenangan hidup, bukan kesenangan hidup.
Pun jika kesenangan hidup ia peroleh, maka itu tetap membuat hidupnya dalam ketenangan, karena kesenangan dunianya telah ia orientasikan untuk kesenangan akhiratnya.

Misalnya saja harta, uang, semua orang pasti senang memiliki uang, senang akan harta kekayaan, itulah kesenangan dunia, namun ada yang tenang dengan memiliki uang itu, ada pula yang malah tidak tenang hidupnya. Apabila kesenangan dunia dibungkus dengan tujuan kesenangan akhirat dengan penuh kebaikan, maka sungguh beruntung orang yang seperti ini hidupnya tenang.

Sekali lagi parameter kebahagiaan adalah ketenangan.

Bagian diskusi ada yang menanyakan, bahwa dunia dakwah sekarang ini dituntut untuk kreatif menyesuaikan dengan objek dakwah, maka berbagai kesenangan dunia seperti film/sinetron, lukisan, fotografi, musik, tulisan/novel digunakan pula sebagai sarana dakwah. Dan masih banyak lagi kesenangan dunia yang disulap dengan penuh kreativitas menjadi sarana dakwah. Apakah wajar cara itu ustadz?

Jawabannya seperti pada paragraf di atasnya,,,bahwa kesenangan dunia yang dibungkus dengan kesenangan akhirat maka hal itu akan menjadi kebaikan. Namun perlu diingat bahwa hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan dunia itu daya tariknya lebih kuat dari hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan akhirat. Karena kesenangan dunia hasilnya langsung kita rasakan saat itu juga, sedangkan kesenangan akhirat baru dirasakan manusia di akhirat kelak. Sehingga perlu berhati-hati agar sarana dakwah ini tidak hanya menimbulkan kesenangan dunia saja, sedangkan tujuan akhiratnya terabaikan.
Kemudian satu hal lagi, dalam berdakwah dan memilih sarana dakwah, kita memerlukan bimbingan dan konsultasi kepada ahlinya, ahli syariat. Ibarat membangun sebuah rumah saja perlu konsultasi pada arsitek yang ahli masalah desain dan rangka bangunan, dan arsitekpun berkonsultasi pada ahli syariat untuk masalah yang berkaitan dengan syariat misalnya posisi toilet, arah kiblat, dll. Maka apalagi dalam dakwah, hal2 yang "seru" di dalamnya sebaiknya harus dikonsultasikan terlebih dahulu pada ahli syariat sebelum di-publish kepada khalayak banyak, agar hasilnya kita upayakan benar2 sesuai dengan tuntunan syariat, sesuai dengan tujuan akhirat kita.

Ustadz memberi contoh novel/film yang bertema religi saat ini banyak sekali, namun di dalamnya terkadang masih ada hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat, misalnya dalam jalan ceritanya masih mempertunjukkan keburukan, padahal dalam dakwah yang kita serukan adalah kebaikan, tanpa menunjukkan keburukan yang telah lalu.

Semoga dapat menjadi sebuah bahan pembelajaran yang tiada henti,Man jadda wa jada, siapa yang bersungguh2 niscaya akan berhasil, semoga kita dapat menjadi seorang manusia yang bersungguh2 dalam hidup di dunia untuk tujuan akhirat kita, menjadikan hidup kita wajar dan stres pun terhindar.
Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah,,

No comments:

Post a Comment