Awalnya mug berisi kolak itu hanya ia diamkan saja di sampingnya,
di sebelah laptop yang sedari tadi ditatapnya.
Berulang kali dilihatnya mug berisi kolak itu, disentuh dengan tangannya mug itu, ooh masih panas, hingga akhirnya ia pun mulai mendekati mug itu, mengangkat sendoknya dan menyeruput kuah kolak...
Manis...
Seruput yang pertama, seruput yang kedua...
Lantas ia mengangkat satu potong pisang dengan sendoknya,
menatapnya dengan benar,,,
Satu mug kolak itu pemberian dari seorang wanita yang tiba2 hadir dalam kehidupannya membawa perubahan mendasar pada dirinya, membantunya bercermin tentang makna sebuah kehidupan, wanita itu biasa saja namun ia luar biasa, dan ia luar biasa, tapi nampak biasa saja.Wanita itu memberinya kolak pisang untuk buka puasa sore ini.
Lalu ia mengingat kejadian saat ia kecil ketika waktu berbuka di bulan ramadhan, di langgar-langgar tempatnya ia mengaji ba'da ashar, menu ta'jil yang paling sering adalah kolak, maka ia kecil memilih mengambil semangka saja, atau minum saja, ia tak memilih kolak, klopun terpaksa, ia hanya akan menyeruput air kolaknya saja, dan menyisakan isinya atau ia berikan pada teman mengajinya. Pun seperti saat ini....Ia masih terdiam setelah menyeruput kuah kolak dari wanita itu...ia memikirkan rasa itu, dan ada cerita yang sudah dikenal keluarganya bahwa sejak ia masih berumur beberapa bulan masih dalam gendongan, bahkan pisang yang dikeruk dengan sendok oleh ibunya pun ia keluarkan dari mulutnya. Sejak saat itulah tembok fanatisme ia dirikan, dan berdiri sangat kokoh...
Satu mug kolak pemberian dari wanita itu tidak ingin ia sia2kan seperti yang ia lakukan ketika masa kecilnya dulu. Dan saat ini tidak ada teman yang menjadi tampungan pisangnya. Sekali langkah, sendok dan mug itu akhirnya menjadi saksi perjuangan merobohkan tembok fanatisme ia terhadap pisang. Ia menutup mata dan mengernyitkan dahinya saat kolak pisang itu dimakan perlahan, dan ia rasakan benar-benar, adakah yang salah dengan makanan ini hingga ia tidak menyukainya 20an tahun, masyaAlloh.
Kini ia telah dewasa, dan sebuah pisang telah berada dalam indera perasanya. Ia bergumam dalam hati, subhanalloh, tidak ada yang salah dengan makanan ini. Kesadarannya masih belum sempurna, sehingga antara pikiran dan kenyataan masih belum bisa bertemu padan. Ia tidak percaya, mencoba mengambil potongan kolak pisang lagi dan memakannya, perlahan, pikirannya masih juga belum menerima seratus persen sehingga pada suapan2 berikutnya pun dahinya masih mengernyit...Inikah nikmat?
Tembok fanatisme terhadap kolak pisang telah ia robohkan...serpihannya sedang ia bereskan...
Satu mug kolak pisang pemberian wanita itu tidak ia sia-siakan, ia makan hingga ada sepertiga terakhir, ia masih begitu menikmati, menikmati satu rasa yang ia baru mengerti. Rasa yang selama ini tabu dalam benaknya. Momen ini luar biasa, dan pasti saudara-saudaranya akan senang mendengarnya.
060510
Untuk satu mug kolak pisang pertama dalam hidupku,
semoga menyusul perobohan tembok fanatisme terhadap buah pisang asli,,
siap laksanakan!!
Nb : dan buah salak juga, yang aromanya bikin pingsan (lebay.com)
May 6, 2010
First Time for Banana
Label:
catatan kecil
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment