under reconstruction

Mar 5, 2010

Sepatah kata

Tugas II Pemasaran (29 September 2009)
Anugrah Romadona M / S2 TIP
Sumber :
1. Gula Makin Pahit (Kedaulatan Rakyat, 12 September 2009)
2. Industrialisasi Mesti Di-switch ke Pertanian (Koran Tempo, 28 Desember 2008)
3. Kembali ke Pedesaaan dan Pertanian : Landasan Rekonstruksi Perekonomian Nasional (Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Maksum, 30 Januari 2008)

Pertanian Indonesia sungguh malang nasibnya, petani-petani yang menanamkan padi untuk kita justru menjadi icon rakyat dengan tingkat ekonomi rendah, dan menjadi suatu pekerjaan yang “kurang disukai” generasi muda yang lebih memilih untuk bekerja dengan jas, dasi, dan sepatu pantofel di kantor-kantor. Melihat dari fakta dan realita, memang benar bahwa pekerjaan kantoran lebih menjanjikan secara materi maupun strata sosial, dibandingkan dengan icon petani yang kerja di sawah dengan pakaian lusuh, tanpa dasi, apalagi alas kaki, dan dengan strata yang tidak menjanjikan gengsi. Ya, memang itu faktanya, dan dikaitkan dengan pernyataan bapak dalam pidato pengukuhan bahwa sektor industri pertanian menjadi sektor yang dianaktirikan, saya berpikir jadi semua ini terjadi karena kebijakan pemerintah?lalu apakah memang benar sektor industri manufaktur non pertanianlah yang dianakemaskan? Memikirkan hal itu sebenarnya saya membutuhkan data-data konkrit tentang perbandingan anggaran subsidi, perbandingan kebijakan, kemudahan birokrasi, dll dari pemerintah, namun untuk saat ini sepertinya cukup dengan melihat realita yang ada.
Saya merasakan ketika setelah lulus, harus melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan berbasis pertanian dengan saingan yang sangat banyak, yang sama-sama mengharap pekerjaan kantoran, padahal mereka semua adalah sarjana dengan skala keilmuan mumpuni, tapi kok harus rela “berjubel” demi pekerjaan kantoran, ini semua karena sedikitnya lapangan pekerjaan. Setelah 6 bulan belum dapat pekerjaan juga, saya “nyambi” buka usaha kue di rumah, dan ternyata pasar lumayan menerima produk saya. Kemudian saya berpikir, bayangkan saja, apabila masing-masing sarjana TP membuka usaha dengan basis keilmuan mereka yaitu industri pertanian, maka akan terbuka banyak sekali lapangan pekerjaan. Ini usaha dari arah bawah ke atas, atau dimulai dari yang kecil dulu. Dan sekarang apabila dikaitkan dengan konsep bapak untuk switch ke industri pertanian, berarti ini dimulai dari atas ke bawah, atau dimulai dari yang besar dulu. Berarti pemerintah harus menydiakan anggaran untuk membangun industri berbasis pertanian, dari hulu-hilir supaya berkesinambungan, dan dengan demikian akan terserap banyak tenaga kerja, bahkan akan dibutuhkan banyak sekali tenaga kerja yang memahami industri pertanian, dan sektor pertanian tidak akan disepelekan lagi. Dan mengutip nasihat Ki Hajar Dewantoro, "Ngelmu tanpa laku kothong, laku tanpa ngelmu cupet.” Maka para sarjana harus berkreasi mengaplikasikan ilmunya untuk membangun industri pertanian yang merupakan aplikasi dari identitas sebagai negara agraris. Dan di masa depan, apabila proses reformasi ini terwujud, kita rakyat Indonesia dapat menikmati produk pangan utama made in dalam negeri, dan akan sampai juga pada exportir finish product dengan nilai tambah berlipat untuk devisa negara, seperti konsep bapak.
to be continued....

No comments:

Post a Comment