under reconstruction

Oct 5, 2010

Baca : Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya HAMKA


"Kalau ada kepertjayaanmu demikian, maka Tuhan tidaklah akan me-njia2kan engkau. Sembahlah Dia dengan chusju',ingat Dia diwaktu kita senang, supaja Dia ingat pula kepada kita diwaktu kita sengsara. Dialah jang akan membimbing tanganmu, Dialah jang akan menundjukkan haluan hidup kepadamu. Dialah jang akan menerangi djalan jang gelap. Djangan takut menghadapi tjinta. Ketahuilah bahwa Allah jang mendjadikan matahari dan memberinja tjahaya. Allah jang mendjadikan bunga dan memberinja wangi. Allah jang mendjadikan tubuh dan memberinja njawa. Allah jang mendjadikan mata dan memberinja penglihatan. Maka Allah pulalah jang mendjadikan hati dan memberinja tjinta. Djika hati kau diberiNja nikmat pula dengan tjinta sebagaimana hatiku, marilah kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya, kita djaga dan kita pupuk, kita pelihara supaja djangan ditjabut Tuhan kembali. Tjinta adalah iradat Tuhan, dikirimnja kedunia supaja tumbuh. Kalau dia terletak diatas tanah jang lekang dan tandus, tumbuhnja akan menjiksa orang lain. Kalau dia datang kepada hati jang keruh kepada budi jang rendah, dia akan membawa kerusakan. Tetapi djika dia hinggap kepada hati jang sutji, dia akan mewariskan kemuliaan, keichlasan dan tha'at kepada Ilahi." hal 50-51

"Djika kita diketjewakan oleh perempuan pada hari ini, ada dua djalan ditempuh orang, satu djalan ditempuh oleh orang jang hina jang rendah budi. Satu djalan pula ditempuh oleh orang djang dalam pikirannja. Jang ditempuh oleh parewa ialah membalaskan dendam dengan djalan menganiaja. Ditjarikannja pekasih atau kebentji kian kemari, dituntutnja ilmu sihir kepada dukun-dukun jang pandai, sehingga perempuan itu tjerai dengan suaminja, atau kena sidjundai dan parendangan. Tjinta jang demikian namanja kekedjaman, dia menganiaja bukan mengasihi, mementingkan kesenangan seorang. Dan itu bukan budi dan tjinta, tetapi nafsu jang serendah-rendahnja.
Bukan begitu djalan jang ditemuh budiman. Djika hatinja diketjewakan, dia selalu mentjari usaha menundjukkan dihadapan perempuan itu, bahwa dia tidak mati lantaran dibunuhnja. Dia masih hidup, dan masih sanggup tegak. Dia akan tundjukkan dihadapannja dan dihadapan suaminja bahwa djika maksudnja terhalang disini, pada pasal lain dia tidak terhalang. Guru sendiri jang mengadjarkan pada saja, dan sekarang saja kembalikan kepada guru, bahwa banjak orang besar-besar jang kalah dalam pertjintaan, lantaran kekalahan itu dia ambil djalan lain, dia madju dalam politik, dalam mengarang sjair, dalam mengarang buku, dalam perdjuangan hidup, sehingga dia naik keatas puntjak jang tinggi, jang perempuan itu wadjib melihatnja dengan menengadah dari bawah. Dengan itu, biar hatinja sendiri hantjur dalam keketjewaan jang pertama, maka orang banjaklah jang mengambil hasilnja." hal.161

Tjetakan X - 1966 Nusantara, Bukittingi (239 halaman)
Dapat dibatja diperpustakaan UPT UGM kode 899 Ham t c1, bahwa buku tua ini telah sangat lapuk hingga warna kertasnja pun mengarah tjoklat.

Nb LumutKecil :
Sepekan dari masa itu, djika orientasi tjinta adalah karena Alloh, maka tak akan seorang manusiapun merasa diketjewakan karena merasai bahwa jang terdjadi pada dirinja itu sudah merupakan kehendak Allah, itulah tjinta abadi jang tiada putusnja hingga achir hajat manusia dan berlanjut hingga kuburnja dan pada masa yaumil achir kelak. Bukan tjinta jang sebenarnya sebagai tempat bergantung, tetapi jang Pencipta Tjinta sebagai paling layak kita bergantung padaNja. Rasanja tjinta it's so complicated! Trust it, believe Allah for the best.

No comments:

Post a Comment